Cari Blog Ini

Selasa, 26 Oktober 2010

Kaleng Bekas yang Bernilai

Kaleng Bekas yang Bernilai

16 April 2009

Kaleng bekas susu biasanya dibuang begitu saja atau dikumpulkan dan dijual ke tukang loak. Namun bagi Lani Cahyaningsari, kaleng-kaleng itu punya nilai yang lebih dari sekedar barang bekas. Perempuan yang biasa dipanggil Lani itu menyulap kaleng-kaleng itu menjadi barang yang indah, punya nilai jual, dan yang lebih penting, bisa dimanfaatkan kembali.

Kaleng-kaleng bekas itu dilukis dan diubah menjadi kotak surat, tempat majalah, tempat tisu, tempat menyimpan alat tulis, celengan, dan masih banyak lagi. Bentuk dan warnanya menarik dan lucu. Tak heran banyak yang mau membeli hasil karya Lani itu. Semakin hari, permintaannya semakin banyak, sampai-sampai ia harus bekerjasama dengan pedagang jus buah untuk mengumpulkan kaleng-kaleng bekas susu kental manis.

“Nah, yang agak sulit, mengumpulkan kaleng bekas dari susu formula,” kisahnya. Namun ia tak kurang akal, di depan rumahnya disediakan tong dengan tulisan “Terimakasih ya membuang kaleng susu bekas di sini.” Ia berharap, dengan membaca tulisan itu, orang yang di rumah punya kaleng bekas dan bingung ke mana membuangnya, akan tergerak untuk membuang di tong itu. Ternyata cara itu membuahkan hasil. Banyak orang yang bersedia membuang kaleng bekas di tong itu, bahkan ada yang membuang sekaligus lima atau sepuluh kaleng.

Usaha melukis kaleng ini dimulai Lani sejak sembilan tahun lalu. Kebetulan, keluarga dari suaminya memiliki ketertarikan yang sama di dunia lukis dan ingin menjadikan seni lukis sebagai mata pencaharian. Kemudian, ayah mertuanya menyediakan tempat di salah satu sudut restoran miliknya sebagai galeri bersama. Seiring berjalannya waktu, masing-masing menemukan gayanya sendiri. Ada yang menggunakan media kayu, kain, dan macam-macam. Lani memilih media kaleng.

Ide kaleng sebagai media lukis ditemukan Lani secara tak sengaja. Suatu hari ia membeli kaleng kerupuk. Kaleng itu masih kosong, tak bercorak. Melihat kaleng kosong, darah seninya muncul. “Saya iseng melukisnya dan saya taruh di galeri,” katanya. Awalnya ia membuat lima buah. Tak sampai menunggu lama, lima kaleng krupuk yang dilukis itu habis dibeli pengunjung. Kemudian, ia mencoba lagi membuat sepuluh buah. “Eh, ternyata habis juga,” kisah ibu tiga anak itu. Mulailah ia serius menekuni seni lukis kaleng dan mengembangkannya. Sesuai dengan namanya, kaleng lukisnya itu diberi nama ‘Kaleng Lani’.

Melompat Kelas
Selain dipajang di galeri, Kaleng Lani juga dipamerkan di bazar-bazar. Ia berkeliling dari sekolah ke sekolah yang menyelenggarakan bazar. Cara ini dinilai sangat efektif dan murah. “Sebagai pemula, bazar di sekolah sangat efektif untuk memasarkan sekaligus memperkenalkan produk,” jelasnya.

Namun suatu saat sampailah ia pada suatu titik saat ia merasa tak cukup hanya dengan mengikuti bazar. Kaleng Lani harus naik kelas. Terpikir untuk nekat mengikuti pameran yang berskala nasional. Ia ingin produknya dikenal oleh masyarakat yang lebih luas.

Tahun 2004, ia mendapat kesempatan yang diimpikannya itu. Ia ditawari untuk menggelar Kaleng Lani di Jakarta Hall Convention Center [JHCC] bersama produk-produk lain dari seluruh Indonesia. Tapi masih ada satu kendala lagi, biaya yang harus dikeluarkannya masih cukup besar, masih di atas kemampuannya. Karena itu ia berusaha menemui panitia penyelenggara untuk mendapat keringanan biaya. Usahanya berhasil, ia mendapat separuh harga, tentu dengan fasilitas yang terbatas. Sambil tersenyum ia mengisahkan pengalamannya, “Saat itu saya mendapat satu stan yang kecil, dan di sebelah saya bukan kerajinan, tapi empek-empek.”

Pameran itu membawa dampak yang cukup besar, sesuai dengan apa yang ia pikirkan sebelumnya. Banyak media yang ingin meliput, termasuk stasiun televisi. Kaleng Lani kian dikenal dan tentu kian banyak pula yang memesan. Omsetnya bertambah besar. Saat ini, omset Kaleng Lani sudah mencapai nilai antara 6 sampai 10 juta rupiah per bulan.

Rezeki itu dari Allah
Lani pernah melihat kaleng yang dilukis seperti yang dibuatnya, meski tak sama persis dengan Kaleng Lani. Awalnya tentu ia merasa sedih dan kecewa. Ternyata ada orang yang berusaha meniru karyanya. Tapi semua ia kembalikan kepada Allah, “Rezeki kan datangnya dari Allah, Dialah yang mengaturnya.” Ia juga yakin akan kekuatan gaya lukisannya, semua orang bisa melukis di kaleng, tapi tak mudah meniru gaya lukisannya.

Dari semula Lani sudah memperkirakan akan banyak orang yang akan meniru. “Mungkin sebelumnya tak terpikir bahwa kaleng bisa dilukis, setelah ada contohnya, baru, orang banyak yang melakukannya,” katanya. Karena itu, Lani terus-menerus berusaha mencari ide-ide dan berinovasi dengan bentuk-bentuk yang baru. Saat ini pun ia sudah memunyai senjata itu, “Tapi nggak lucu kalau saya paparkan sekarang, nanti banyak yang niru,” ujar Lani. « [imam]

Box
Tips Usaha ala Kaleng Lani

  1. Hobi, adalah titik awal yang tepat untuk memulai usaha karena hobi adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan. Menjalankan usaha dengan hati yang senang, kemungkinan besar akan berhasil.
  2. Tekun dan telaten menjalankan usaha.
  3. Memulai memasarkan produk dengan mengikuti bazar-bazar karena relatif murah. Tapi suatu saat harus berpikir untuk melompat ke kelas yang lebih tinggi.
  4. Terus menerus melakukan inovasi, agar tak kalah dalam bersaing.
  5. Setelah berusaha, memasrahkan hasilnya kepada Allah, karena rezeki ada dari Allah.

Box
Kaleng Lani
http://kalenglani.multiply.com
Galeri
INNS Restoran, Jl. Raya Cilandak KKO No.2, Ragunan, Jakarta
Selatan Tel 0815-19145578, 021-95137100

Tidak ada komentar: